Islam Tumbuh di Jepang

Camii Turki atau Masjid Turki di Tokyo
Jumlah umat muslim di Jepang masih sedikit tidak sampai 200 ribu orang yang tersebar diberbagai daerah di Jepang. Namun penerimaan islam di negeri mataharai terbit ini cukup baik. Ini terbukti ketika saya sendirian dengan busana yang menunjukan identitas saya sebagai muslim, keberadaan saya tidak menjadi pusat perhatian. Bahkan selama di Jepang tidak ada islam phobia yang saya temui selama mengelilingi beberapa kota di Jepang.

Setiap saya bertanya pada penduduk setempat, mereka dengan ramah membantu, bahkan tidak sekedar menunjukan arah, beberapa kali ketika saya bertanya tempat mereka bahkan mengantar saya menuju lokasi yang saya tanyakan.

Dari jumlah penduduk Jepang saat ini yang mencapai 100 juta lebih, jumlah umat muslim di Jepang masih sangat kecil, yakni hanya sekitar 100-150 ribu orang.  Jumlah tersebut jauh dibandingkan dengan jumlah umat Islam di Amerika dan Inggris yang juga merupakan negara non muslim. Namun berbeda dengan dua negara tersebut, meskipun jumlah umat Islam disana jauh lebih banyak daripada di Jepang, namun beberapa aksi islam phobia sering terjadi, berbeda halnya dengan di Jepang, justru masjid menjadi salah satu tempat terbuka yang banyak dikunjungi wisatawan non muslim, terutama warga Jepang yang non muslim yang datang dari berbagai daerah di Jepang.

Dan, umat Islam di Jepang tidak terkonsentrasi pada satu kawasan saja, tapi menyebar dimana-mana di wilayah Jepang. Hal ini disebabkan, orang jepang tidak mempersoalkan masalah agama, sehingga agama apapun bisa diterima dalam lingkungan manapun. Bahkan, secara umum saya melihat dan merasakan tidak ada phobia islam selama berkeliling di Jepang hingga ke pelosok Jepang sekalipun. Meskipun ada seorang muslim yang saya temui di Jepang mengakui, yang sinis terhadap islam tetap ada, tapi bisa dibilang sangat jarang ditemui dan itupun tidak agresif.

Selama di Jepang, ada empat masjid yang saya datangi. Dua masjid di Tokyo, satu di Osaka dan satu di Kobe. Secara keseluruhan ada sekitar 60 masjid tersebar di seluruh Jepang dan lebih dari 100 musala. Masjid terbesar berada di Tokyo, yakni Masjid Camii yang dikenal dengan keindahan interiornya dan Masjid Kobe yang merupakan masjid tertua di Jepang.

Penulis foto bersama dengan warga Jepang yang non muslim. 

Camii yang juga dikenal dengan Masjid Turki ini banyak dikunjungi tidak hanya oleh muslim dari berbagai negara yang datang ke Jepang, tapi juga oleh wisatawan non muslim. Selama saya berada di Masjid ini banyak orang Jepang yang umumnya non muslim yang datang ke masjid ini. Mereka sengaja datang ke masjid ini karena tertarik dengan interior masjid dan aktivitas yang dilakukan muslim.  Diantara wisatawan Jepang setelah mengamati masjid dan aktivitas muslim di dalam muslim disana, ada yang bertanya kepada saya, kenapa muslim yang sholat menghadap satu arah, mengapa tempat ibadah laki-laki dan perempuan dipisah, seperti perempuan tempatnya dibagian atas, lalu kenapa perempuan harus menutup aurat.

Menariknya yang datang ke masjid ini datang dari berbagai kalangan, baik muda ataupun tua. Bahkan ada komunitas orang tua yang hobi menggambar datang ke masjid ini, dan menjadikan masjid ini sebagai objek untuk mereka lukis. Tentu saja, bagi yang non muslim untuk masuk ke masjid ini harus mengikuti peraturan, seperti menggunakan jubah atau selendang untuk menutup kepala mereka yang sudah disiapkan masjid dan bisa dipakai oleh wisatawan yang datang tanpa dipungut biaya.

Masjid ini juga sebagai pusat pembinaan bagi mualaf yang ingin belajar islam. Biasanya para mualaf tidak hanya datang dari sekitar Tokyo saja, tapi ada yang dari luar Tokyo, seperti istri Mualif, muslim asal Malaysia yang menikah dengan wanita Jepang dan tinggal di Otsuki. "Istri saya tiap minggu datang ke Masjid Camii untuk belajar islam,'' ujarnya.

Cara mudah menuju masjid ini, turun di station Yoyogi Uehara. Dari statsion ini jalan kaki tidak sampai 10 menit, namun menurut informasi wisatawan yang saya temui di depan Patung Hachiko Shibuya, masjid ini bisa dicapai jalan kaki dari Shibuya sekitar 40 menit, dan saya memilih menggunakan train dan turun di station Yoyogi Uehara.

Masjid Assalaam, masjid ini tidak jauh dari Ueno. Naik train hanya satu statu station, turun di station Okachimachi dan kemudian dilanjutkan dengan jalan kaki sekitar 10-15 menit. Masjid ini berada di kawasan pemukiman penduduk. Disekitar masjid ada yang berjualan makanan halal dan juga ada info restoran halal yang ada di Tokyo.

Masjid Osaka, dari Tokyo saat sampai di Osaka, saat melihat google map, saya melihat ada dua masjid yang sepertinya bisa dicapai. Akhirnya saya memilih salah satu diantaranya yakni Masjid Osaka. Station yang terdekat dari masjid ini adalah station Chibune, lalu jalan kaki sekitar 500 meter. Di Masjid ini juga terdapat minimarket yang khusus menjualan makanan halal yang dikelola muslim Indonesia asal Lombok. Namun jemaah masjid ini juga beragam, sama seperti masjid lainnya di Jepang yang tidak dinominasi oleh satu negara. Imam masjid ini dari Pakistan, namun jamaahnya ada dari Afrika, Malaysia, Indonesia dan muslim asli Jepang.

''Masjid ini dulunya bagian dari bangunan sekolah yang ada di depan masjid," ujar Abu Hiroyuki, salah seorang jemaah asli Jepang yang memutuskan menjadi muslim sejak 20 tahun lalu. Hiroyuki menunjukan bangunan diseberang masjid yang merupakan sekolah yang masih aktif. Komunitas muslim yang mendengar ada bagian bangunan sekolah yang dijual, pengurus sepakat membeli bangunan tersebut untuk dijadikan masjid. Meskipun berada di lingkungan yang umumnya bukan muslim, diakui Hiroyuki tidak ada kendala saat pembangunan masjid tersebut. Dan rata-rata memang lokasi masjid di Jepang tidak harus berada di wilayah muslim, karena memang tidak ada wilayah khusus muslim di Jepang.  Hanya saja, keberadaan masjid menjadi alasan muslim yang pindah ke Jepang memilih tempat tinggal tidak jauh dari masjid, akhirnya adalah komunitas muslim yang tinggal disekitar masjid.

Namun meskipun bisa membangun masjid di Jepang, suara azan tidak boleh dikumandangkan hingga terdengar ke luar. Jadi saat waktu salat tiba, suara azan hanya terdengar di dalam masjid. Jadi warga muslim di Jepang untuk waktu salat harus mandiri mengingatkan dirinya saat waktu salat datang.

Meskipun demikian, masjid-masjid di Jepang saat waktu salat datang, tetap ada jemaah yang datang meskipun datang dari tempat yang jauh. Saat waktu salat datang, semua aktivitas yang dilakukanpun dihentikan, seperti pemilik minimarket langsung menutup minimarketnya untuk menjalankan salat berjamaah.

Untuk mencapai masjid ini, stasiun terakhir di Chibune dan lanjut dengan berjalan kaki sekitar 500 meter. Mencapai masjid ini, memang tidak mudah, karena saya baru sampai di Osaka. Setelah mendapatkan penginapan, saya memutuskan untuk mencari masjid ini. Di masjid ini saya bertemu dengan orang Indonesia asal Lombok yang mengelola mini market khusus menjual berbagai makanan halal. Diapun menunjukan tempat salat perempuan ada diatas. Usai salat, saya melihat-lihat produk yang dijual di minimarket tersebut. Diantara produk didatangkan dari Timur Tengah, India dan Indonesia. Diseberang minimarket milik Indonesia ini, ada tempat makan masakan India atau pakistan yang tentu juga halal. ***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masjid Kobe, Masjid Tertua di Jepang

Rincian Biaya Dua Minggu Traveling di Turki

Penginapanku Selama di Turki