Saat Transit di Jedah, Perjalanan Istanbul ke Singapura,.....



SAAT transit di Jedah, Perjalanan Istanbul ke Singapura,.....
Aku bertemu dengan seorang mahasiswi kedokteran asal Sudan. Dia dalam perjalanan dari Sudan ke New York mengunjungi bapaknya yang bekerja disana. Tadinya aku berfikir, Sudan itu warganya orang kulit hitam semua, tapi dalam perjalanan ini aku dipertemukan dengan beberapa orang Sudan dengan warna kulit berbeda dari yg kubayangkan. Kulit mereka lebih terang, dan wajah lebih kearaban. Tapi, kecantikan wanita kulit hitam Sudan, tidak kalah menarik dari yg berkulit terang. Bahkan sosok mereka seperti model2 internasional dengan warna kulit yg eksotik.
"Sudan berbatasan dengan Mesir, jd banyak warga campuran juga di Sudan," ujar Shahd.
Sebelumnya aku juga bertemu dengan Rina, mahasiswi S2 asal Indonesia yang kuliah Bahasa Arab di Sudan.
Kami bertemu di Istanbul dengan misi yang sama, keliling Turki, katanya orang Sudan yang mayoritas penduduknya beragama islam itu baik dan ramah. Jadi walaupun kondisi negara mereka saat ini bisa dikatakan miskin, tapi mereka sangat baik, dan ia nyaman berada di lingkungan orang-orang Sudan.

Dan kemudian, dalam perjalanan pulang dari Istanbul inilah aku bertemu dengan beberapa orang Sudan.Diantaranya Shahd. Itulah salah satu kelebihan kerudung yang dipakai seorang muslimah. Sesama muslim bisa saling mengenali dan mengucapkan salam dimana saja, karena bisa saling mengenal saudara seiman dari berbagai negara yang berbeda. Jujur, sebagai muslim dari negara dgn penduduk islam terbesar di dunia, mendapatkan salam (Assalamualaikum) dari sesama muslim yg tidak aku kenal justru sering aku dapat saat berada di luar negeri, baik di negara yg mayoritas islam atau minoritas islam. Singkat cerita, aku dan Shad menjadi teman selama transit di Jeddah.
Dia baru tahu Indonesia itu negara dengan penduduk muslim terbesar di Dunia. "Apakah disana (Indonesia) islam Sunna," tanya Shahd. "Yah," jawabku.....ia pun berucap syukur, “Alhamdulillah”......lalu dia penasaran, apakah ada Syiah jg, Aku jawab ada, tapi gerakan mereka underground... ohhh, iya, aku paham, ujar Shahd.
Lalu Shahd menanyakan bahasa yang digunakan di Indonesia. Ketika aku jelasin mengenai bahasa Indonesia, ternyata dia belum begitu familiar dengan Indonesia, tidak seperti dia mengenal Malaysia, Singapura dan Thailand yang banyak ia dengar. Mhmm, akhirnya aku bilang, kalau pernah mendengar orang Melayu Malaysia bicara, kurang lebih bahasa Indonesia seperti itu, hanya saja aksennya beda, seperti Bahasa Arab yg sehari-hari digunakan di Sudan dengan bahasa Arab yang sehari-hari digunakan di Saudia. Diapun mengerti.
Dia pun bercerita soal negaranya yg kondisi ekonominya saat ini sangat jomplang antara yg kaya dan miskin. Salah satu penyebabnya pemerintahan yang korupsi. Karena faktor kondisi di negaranya juga, usai kuliah di Amerika bapaknya menerima tawaran kerja di USA daripada kembali ke negaranya. Namun, karena kehidupan sebagai muslim yang cukup sulit di USA, kedua orang tuanya memilih hidup berjauhan. "Aku lahir dan 5 tahun pertama tinggal di Amerika, kemudian ibuku memilih kembali tinggal di Sudan, karena di Sudan lebih islami dan ibuku lebih menyukai kehidupan di Sudan daripada di USA," jelasnya.
Shahd dan saudara-saudaranya pun ikut ibunya tinggal di Sudan. Namun saat ini salah satu adik laki-lakinya kuliah di USA. Lalu saat aku tanya, apakah setelah jadi dokter dia akan pindah ke USA mengikuti bapaknya ? Dia jawab, kehidupan di USA menyenangkan, tapi sebagai muslim cukup sulit, selain itu Sudan masih membutuhkan dokter dan orang-orang profesional untuk memperbaiki kondisi negara. "Banyak orang Sudan yang kuliah di luar negeri lalu tidak kembali lagi ke Sudan, seperti bapakku contohnya....tapi yah, kalau dia kembali ke Sudan juga kondisinya tidak akan lebih baik," mhmm....
Lalu tiba-tiba aku penasaran, 'Apakah di Sudan banyak tenaga asing dari China,"......spontan dengan reaksi mata yang membesar dia jawab, "Yeah".....mereka cukup banyak di negara kami, mereka bekerja dimana-mana, banyak sekali.
Entah knp akhirnya aku terdiam dan ngak sanggup untuk melanjutkan topik ini,....karena apa, aku tahu kondisi Sudan jauh lebih miskin dari Indonesia, masyarakatnya tentulah butuh pekerjaan untuk kehidupan mereka, tapi kenapa banyak TKA dari China ke negara itu???
Aku rasa persoalannya kurleb sama dgn negara kita, karena tergadai perjanjian kerjasama. Dan aku jg tdk mau melanjutkan topik ini karena khawatir jd ikutan curhat dan emosi jiwa dgn kondisi negaraku yg jg dibanjiri TKA asal china, sementara banyak warga Indonesia yg jg kesulitan mencari kerja.
Akhirnya aku memilih membahas percakapan soal travelingku di Turki, dan Shahd pun berharap suatu hari bisa ke Turki dan pastinya juga ke Indonesia. Dan dia berharap aku mau berkunjung ke Sudan suatu saat nanti. Kalau Allah berkehendak, ngak ada yang ngak mungkin. Bisa jd negara tujuan selanjutnya Afrika....bisa jd, InsyaAllah 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masjid Kobe, Masjid Tertua di Jepang

Rincian Biaya Dua Minggu Traveling di Turki

Penginapanku Selama di Turki