Amazing Turki

Capadocia
SEKALIPUN sudah lama suka traveling, beberapa tahun lalu saya belum terpikir untuk mengunjungi Turki. Namun belakangan ini sering kali mendengar nama negara ini. Tentu saja keinginan tersebut tidak lepas dari sosok Erdogan yang membuat saya kagum bagaimana ia memperbaiki negeri yang sempat mundur setelah berbagai kemajuan yang pernah ada di negeri ini sebelumnya.

Apalagi saat saya mengunjungi Jepang sebelumnya, saya menemukan banyak sekali jejak Turki di Jepang. Seperti masjid di kobe dan Camii Turki yang ada di Tokyo. Saat di Jepang pun saya bertemu dengan orang-orang Turki. Habis traveling dari Jepang itulah keinginan saya untuk melakukan trip ke Turki semakin kuat. Saya mulai merencanakannya dalam waktu kurang lebih empat bulan sebelum keberangkatan atau sekitar enam bulan setelah saya kembali dari Jepang. Jadi dua bulan sebelum memutuskan antara Turki dan New Zealand saya sempat galau 😇 dan akhirnya memutuskan Turki, karena pertimbangan sejarah peradapan yang hebat ada di Turki.

Uludag
Lalu saat ditanya bagaimana Turki setelah saya mengelilingi beberapa kota di negara tersebut selama kurang lebih dua minggu? Jawabannya, Amazing!!! Sangat banyak hal baik yang saya rasakan selama melakukan trip di negeri Ottoman ini.

Mulai dari keramahan dan kebaikan orang-orang Turki terhadap orang asing seperti saya. Orang-orang Turki dan wisatawan Eropa yang sekilas mereka tampak sama, justru wajah-wajah asia yang lebih mencolok di negara ini. Selain itu tentu saja destinasi wisata yang unik yang hanya ada di negara ini, seperti di Capadocia dan Pamukkale. Belum lagi objek wisata berupa situs sejarah yang sangat banyak di jumpai di Istanbul dan beberapa kota di luar istanbul seperti di kota Selcuk atau negeri yang hilang di Ephesus yang ditemukan lagi. Sirence, Desa cantik diantara bukit-bukit di Selcuk dan banyak lagi yang semuanya sangat memuaskan mata dan batin selama saya melakukan perjalanan hanya seorang diri mengelilingi Turki.

Tidak takut traveling sendiri di Turki? Kenapa harus takut berada di negeri orang-orang yang bersikap baik pada orang asing. Kondisi negaranya juga baik dan sangat menyenangkan bagi traveler. Apalagi biaya hidup di negara ini perbandingannya sama saja seperti di Malaysia yang kurang lebih juga sama dengan Indonesia, tapi suasana yang didapat suasana Eropa.

Pamukkale
Walaupun banyak petugas keamanan dimana-mana. Seperti di kawasan Sultan Ahmed, Spice Bazar, Grand Bazar bahkan pernah bus antar kota, dari Pamukkale-Selcuk yang saya naiki diperiksa oleh petugas keamanan, namun yakinlah proses pemeriksaannya berjalan sangat  baik dan tidak menakutkan. Saat itu petugas keamanan naik ke bus dan meminta kartu kependudukan warga setempat. Lalu sayapun menyiapkan paspor saya, melihat saya orang asing petugas keamanan itupun tersenyum dan mengembalikan paspor saya. Sementara semua ktp penumpang yang lain tetap dikumpulkan untuk diperiksa. Setelah beberapa lama, KTP para penumpang dikembalikan dan bus kembali jalan.

Menghadapi kondisi seperti itu tidak perlu takut. Bagi saya pribadi, sejauh saya tidak melakukan apapun, dan saya legal masuk ke negara tersebut dengan tujuan yang baik tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Ini bagian pemerintah menjaga negaranya. Apalagi Turki banyak menampung imigran dari negara yang sedang konflik dan peran Turki di dunia internasional yang saat ini vocal tentu ada yang tidak senang. Jadi wajar saja ada penjagaan keamanan yang tampak sedikit ketat di tempat umum. Namun kondisi tersebut berbeda saat di imigrasi yang menurut saya tidak seketat imigrasi seperti di Singapura atau Jepang yang sering membuat traveler degdegan ketika berada di imigrasi. 

Nah yang menarik selama saya berada di Turki, saya jadi tertarik lagi membaca sejarah. Karena banyak tempat yang saya kunjungi memiliki sejarah yang menarik. Kisah-kisah yang tidak hanya didapat dalam buku sejarah, tapi juga kisah yang ada dalam Al-quran.

Ephesus
Kisah negeri ini mampu merangsang kita untuk membaca sejarah peradapan dunia yang paling tersohor di dunia. Mulai dari terbentuknya kota Istanbul yang awalnya bernama Byzantium pada zaman Yunani, lalu menjadi Konstantinopel ketika Romawi masuk dan kini menjadi Istanbul saat Khilafah Utsmaniyah berkuasa, setelah menaklukan Istanbul 1453 masehi lalu berkuasa lebih dari 600 tahun, kemudian khilafah ini berakhir tahun 1924 dan Turki menjadi negara Republik dengan paham negara sekuler.

Puluhan tahun paham sekuler yang diterapkan di negara ini perlahan menggerus nilai-nilai keislaman yang telah ratusan tahun diterapkan di negeri ini. Meskipun 98 persen penduduk Turki beragama Islam, namun hanya 50 persen yang penduduknya menerapkan nilai-nilai islam dalam kehidupannya. Inilah dampak negatif dari paham sekuler yang diterapkan disuatu negara. Pergaulan remaja menjadi bebas dampak dari banyaknya madrasah yang ditutup. Sehingga banyak generasi muda yang tidak paham agama. Tidak bisa baca alquran tidak merasa wajib melakukan shalat dan puasa. Agama bagi mereka hanya ada di masjid. Ketika diskusi dengan seorang teman Turki yang umurnya 30 tahun, saya tanya, apakah dia bisa baca alquran. Dia jawab dia hanya baca alquran dengan translet bahasa Turki dan dari kecil dia tidak pernah belajar membaca alquran. Demikian juga ketika saya tanya sholat, yang menurutnya sholat hanya dilakukan dari hati, OMG.

Ephesus
Dan kini di bawah pimpinan Erdogan pelan-pelan identitas Islam di negara itu kembali dimunculkan. Madrasah kembali di buka, larangan jilbab di kampus dicabut. Mahasiswa setiap minggu mendapat siraman rohani agama. Tentu saja, membangun fisik negara jauh lebih gampang daripada memperbaiki nilai-nilai agama yang banyak hilang di beberapa generasi di negara ini. Jadi bagi muslim di negeri kita tercinta Indonesia yang ingin negaranya berpaham sekuler (secara resmi, karena secara ngak resmi sudah sekuler juga), datanglah ke Turki, pahami kehidupan mereka saat ini yang pengaruh sekulernya masih kuat dan bandingkan ketika ratusan tahun Ottoman berkuasan di Turki, manakah yang lebih baik ??? Bersyukur Turki saat ini berada ditangan yang tepat, dan semoga Erdogan bisa memimpin lagi di negara ini, supaya bisa memperbaiki generasi islam berikutnya. 

Sangat banyak kisah negeri yang dibangun pada tahun 658 SM. Bahkan juga ada kisah Tujuh pemuda yang ditidurkan selama ratusan tahun yang dijelaskan dalam surat Alkahfi. Walaupun ada beberapa versi lokasi soal kisah Alkafi ini. Namun kalau di lihat dari lokasi sekitar, dimana ada situs kerajaan, bisa jadi lokasi yang dijelaskan dalam Alquran memang disini. Bahkan juga, tak jauh dari lokasi goa Alkahfi, juga ada rumah terakhir ibunya nabi Isya saat hidup, Siti Maryam (bunda maria).

Metro
Selain membahas destinasi yang sangat banyak bisa ditemui di Turki, satu hal yang selalu menjadi perhatian saya saat traveling di negara lain adalah, transportasi umum yang sering digunakan masyarakat setempat. Dan ternyata ini menjadi salah satu tantangan selama di Istanbul adalah saat menggunakan tram (kereta yang relnya di jalan raya), salah satu jenis transportasi umum yang bebas macet dan paling banyak digunakan masyarakat Istanbul, bahkan juga pilihan utama bagi turis yang backpackeran seperti saya. 

Kenapa saya bilang naik tram jadi tantangan ??? Karena setiap menggunakan transportasi ini kondisinya selalu padat. Kecuali ketika saya menggunakan tram yang beroperasi pertama pas pukul 6 pagi. 

Hanya pada saat itulah saya merasa tidak ada tantangan saat naik tram. Sedangkan di jam lain, selalu berdesakan. Mulai dari saat masuk yang berebutan antara yang ke luar dan yang masuk. Bahkan beberapa kali sy harus merelakan tram tersebut pergi dan menunggu tram berikutnya. Syukurnya jadwal tram berikutnya tidak terlalu lama menunggu, walaupun berharap mendapatkan ruang yang lebih baik pada tram berikutnya juga nyaris tidak mungkin, tapi setidaknya bisa masuk diantara penumpang lainnya.

Naik turun tram gini model stasiunnya.
Untuk sistem ke luar masuk penumpang tram atau metro memang  bisa dikatakan tidak tertib kalau dibandingkan dengan naik MRT di Singapura, Hongkong, apalagi Jepang. Di Bangkok, walaupun tidak terlalu rapi, tapi tidak sepadat di Istanbul penumpangnya. Di Jepang calon penumpang malah berdiri mengantre dengan sangat rapi saat masuk kereta. Sedangkan di Singapur sekalipun tidak mengantre dengan rapi, tapi ada bagian yang dikosongkan untuk jalan penumpang yang keluar, sementara yang akan masuk berdiri di sisi kiri dan kanan. Nah ini tidak terjadi di Turki, semuanya berusaha untuk masuk ataupun ke luar di jalur yang sama :D kebayangkan perjuangan saat naik dan turun dari tram selama di Turki :)  Namun untuk transportasi metro (kereta bawah tanah) tidak seramai saat menggunakan tram.

Awalnya sempat kaget dengan apa yang saya lihat. Tapi lama2 enjoy juga dan bisa bersaing dengan para penumpang lain. Dan kelebihan jd orang asing yang mencolok disana, mereka lebih bersikap baik, sering kali dikasih tempat duduk :) 

Tapi walaupun padatnya luar biasa, tidak ada aksi kriminal yang saya temui selama saya menggunakan transportasi ini. Namun dengan apa yg saya rasakan, saya tetap berharap ke depan ada gerbong khusus wanitanya. Karena saya tertarik kembali lagi traveling ke negara ini,....kali aja harapan ini bisa di realisasikan :D

Dolmus
Selain tram, bus antar kotanya dari berbagai merek yang saya coba semuanya bagus ada cemilan dan minuman gratis yang disajikan. Dolmus atau yang kita sebut oplet juga kondisinya bagus. Jenis kendaraan ini saya coba ketika di Selcuk, Izmir dan Alacati.

Bagi yang masih ragu traveling ke Turki seorang diri, hilangkan keraguan kalian sekarang juga. Turki tujuan wisata dunia yang sangat mempesona. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan traveling seorang diri di Turki. Banyak orang Indonesia yang sebenarnya sudah menjajaki kakinya di Turki, namun umumnya merasa tidak puas dan tidak begitu memahami Turki, karena mereka pergi dengan travel dan hanya menjadikan Turki sebagai destinasi pelengkap atau tambahan seperti paket umroh plus. 

Sejauh ini orang Indonesia masih sedikit yang melakukan traveling ke Turki tanpa jasa travel karena merasa khawatir. Semoga pengalaman saya membuat kalian yang ingin ke Turki tidak perlu khawatir traveling sendiri. Kelebihan traveling ngurus sendiri selain biayanya bisa lebih murah dari yang ditawarkan paket travel, yang pasti lebih puas menikmati Turki dan bisa belajar dari kehidupan orang-orang setempat. Bagi saya bisa mempelajari kehidupan warga setempat adalah pengalaman yang sangat mahal. ***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masjid Kobe, Masjid Tertua di Jepang

Rincian Biaya Dua Minggu Traveling di Turki

Total Biaya dan Itinerary 20 Hari Traveling di India